Langsung ke konten utama

Pakan Alternatif dari Kotoran Ayam

Kotoran Ayam Sebagai Pakan Alternatif

 

Pakan merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha peternakan selain bibit dan manajemen budidaya. Tetapi biaya produksi terutama dari segi pakan masih terlalu tinggi bila dibandingkan hasil yang diperoleh dari usaha peternakan. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mencari pakan alternatif sebagai suatu usaha untuk menggunakan sumber bahan pakan baru yang belum dimanfaatkan oleh manusia, tersedia dalam jumlah banyak, mudah diperoleh, mempunyai nilai nutrisi bagi ternak dan harganya murah. 

Salah satu upayanya adalah dengan pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan alternatif salah satunya kotoran ayam kering. Peternak biasanya kotoran ayam digunakan sebagai pengganti bekatul.

Kotoran ayam (manur) yang baru diambil dari kandang sebaiknya tidak langsung diberikan sebagai bahan pakan atau campuran pakan. Hal ini disebabkan kotoran ayam yang masih baru dan basah, banyak mengandung gas ammonia dan mikroorganisme patogen misalnya Steptococcus spSalmonella spMycobacterium sp yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Oleh karena itu kandungan gas ammonia dan mikroorganisme harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara pengeringan. 

Selain itu untuk meningkatkan kualitas pakan dengan campuran kotoran ayam ini, perlu mendapat perlakuan lebih dahulu misalnya dengan fermentasi dengan EM-4 dan molases. Berikut ini kandungan nutrisi dari kotoran ayam kering.

 

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kotoran Ayam Kering di Kelompok DTSM Tahun 2018.

No.

Kandungan Nutrisi

Hasil Analisa

1

Kadar Air (%)

16,86

2

Protein Kasar (%)

18,93

3

Lemak Kasar (%)

0,93

4

Serat Kasar (%)

17,25

5

Abu (%)

20,32

6

Ca (%)

2,31

7

P (%)

1,23

 

Kandungan protein kasarnya masih relatif tinggi, namun kandungan serat kasarnya juga relatif tinggi. Karena kandungan serat kasarnya relatif tinggi perlu diturunkan dengan cara difermentasi. Dikalangan peternak kotoran ayam diberikan secara langsung dan ada juga yang diproses fermentasi terlebih dahulu. 

Fermentasi adalah suatu proses aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi yang diperlukan dalam proses metabolisme melalui pemecahan terhadap senyawa organik secara aerobik atau anaerobik dan terjadi perubahan pada substrat yang dilakukan fermentasi.

Dalam proses fermentasi perlu adanya keseimbangan media C dan N. Kotoran ayam mengandung protein kasar yang cukup tinggi dengan kandungan NPN yang tinggi pula, tetapi memiliki kandungan energi yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut maka ditambahkan molases dimana molases merupakan sumber energi yang mengandung karbohidrat dimana didalamnya terdapat unsur carbon (C), sedangkan pada kotoran ayam mengandung unsur nitrogen (N). Unsur C pada molases digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk memecah substrat yaitu NPN dan mengikat nitrogen (N) sehingga dapat meningkatkan kualitas kotoran ayam. Menurut penelitian dari Fakultas Hasanudin hasil analisa kotoran ayam yang sudah difermentasi, sebagai berikut ini:

Tabel 2. Hasil Analisa Nutrisi Kotoran Ayam Sebelum Difermentasi dan Sesudah Difermentasi.

 

No.

Kandungan Nutrisi

Tanpa Fermentasi

Fermentasi 7 Hari

1

Protein Kasar (%)

9,97%

12,67%

2

Serat Kasar (%)

30,63%

32,65%

Sumber : Hasil Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin (2009).

 

         Dari hasil analisa tersebut menunjukan bahwa dengan proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein, namun tidak dapat menurunkan kandungan serat kasar. Dengan hasil tersebut mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kelayakan kotoran ayam kering digunakan sebagai pakan alternatif. Selain itu penggunaan kotoran ayam untuk pakan alternatif ternak ruminansia perlu diperhatikan, terkait dengan kontaminasi tepung daging/ tepung tulang/ tepung darah/ tepung daging/ tepung tulang serta bahan lain asal ruminansia yang dapat menularkan penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE).  Demikian informasi yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi peternak.

(Sumber : Ni Putu Widiari Isni Arimbi, S.Pt, M.Si/ Wastukan Ahli Pertama)

Komentar